Selasa, 06 Juli 2010

Bagi Tuhan dan Bangsaku






Sering kita menyanyikan Mars De Britto. Lagu yang bisa kita nyanyikan dengan lantang dan dengan perasaan bangga juga semangat yang menggebu. Mungkin malah hanya ini lagu yang bisa kita nyanyikan dengan semangat seperti itu, bahkan Indonesia Raya pun tidak bisa mengalahkan kebanggan kita terhadap Mars De Britto. Setiap selesai upacara 17an, setelah misa ulang tahun maupun pesta nama sekolah, dan yang paling menyenangkan adalah ketika kita menyanyikan Mars De Britto di stadion basket sebagai JB Mania.

Tapi kemudian yang jadi pertanyaan adalah : apakah kita menyanyi keras Karena hafal lagunya? Apakah hanya karena ingin eksis dengan menyanyikan Mars De Britto di depan umum lalu dengan bangga berkata, “Aku cah JB”? Apakah hanya karena berdasarkan kebanggaan semu atas nama besar yang sudah dimiliki oleh sekolah ini?

Harusnya tidak. Karena apa gunanya kalau hanya menyanyi dengan keras tanpa tahu isinya? Ada yang pernah mencoba menghayati tiap bait, tiap baris dari Mars De Britto? Mungkin jawabannya tidak.

Sekarang aku ingin mengajak teman-teman untuk melihat bait pertama Mars De Britto. Ini adalah hasil refleksiku, tidak secara rinci, tapi pada bagian yang menurutku sangat cocok bagi kita di saat-saat seperti ini.

Akulah Putra SMA De Britto, gagahlah cita-citaku
Sebagai putra-putra De Britto, kita harus berani memiliki cita-cita. Cita-cita yang akan jadi tujuan hidup kita di dunia ini. Cita-cita tinggi yang harus mulai kita usahakan mulai dari sekarang. Untuk menggapai cita-cita itu kita harus siap menghadapi segala rintangan yang ada di hadapan kita dengan gagah.

Harus disadari dan diakui bahwa masa depan terdekat yang harus kita hadapi saat ini adalah Ujian Nasional. Suka atau tidak ini adalah ujian yang wajib kita jalankan kalau kita berkeinginan melanjutkan studi kita di Indonesia kecuali jika akan melanjutkan kuliah di luar negri karena ada perguruan tinggi di luar Indonesia yang tidak mensyaratkan kelulusan SMA atau setingkatnya. Tapi kita ada di sini saat ini, berarti kita harus siap menjalani Ujian Nasional. Suka atau tidak ini adalah suatu kebijakan dari system Negara yang harus kita patuhi dan hormati keberadaannya. Bukan kapasitas kita untuk menuntut penghapusan UN, belum saatnya. Memikirkan dan mengharap penghapusan UN hanya akan membuat kita semakin takut dan tidak siap menghadapi UN.

Untuk itulah sekarang kita harus berusaha dengan segenap hati dan semangat kita untuk menjalankan UN. Masih banyak dari antara kita yang masih berpikir, “masih ada waktu, masih ada kesempatan untuk belajar”. Tapi kalau kesempatan itu tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, lama kelamaan kesempatan itu akan hilang. Waktu kadang tidak bersahabat dengan keinginan kita, tapi kita tidak mungkin memerintahkan waktu untuk berjalan lebih lambat hanya agar kita bisa sedikit lebih santai.

Kesiapan setiap orang terhadap UN berbeda, maka persiapan yang dilakukan pun tidak sama. Harus mulai diakui bahwa kemampuanku berbeda dengan kemampuannya. Bahwa aku harus lebih banyak belajar dari pada dia. Bahwa memang aku kurang pandai dari pada kamu. Butuh kerendahan hati dan kesadaran tinggi untuk itu. Tapi sekali lagi memang itu yang harus kita lakukan sekarang. Kalau UN saja tidak bisa melewati, kita tidak akan bisa melangkah ke depan, ke universitas tujuan kita, untuk lebih mendekati lagi dengan masa depan. Aku pribadi yakin bahwa UN hanya seperti sebuah kerikil kecil di jalan yang akan kita lalui. Aku tidak yakin, bahwa siswa SMA Kolese De Britto tidak bisa melewati kerikil seperti itu. Tapi kita tidak boleh meremehkan kerikil kecil di jalan itu. Karena bahkan kerikil kecil itu bisa membuat kita jatuh Karen terpeleset kalau kita tidak hati-hati dan tidak siap melangkahi kerikil itu. Maksudnya UN bukan hal yang menakutkan seharusnya bagi “cah JB”, tapi kalau kita hanya terus menunda dan kalah oleh waktu yang terus berjalan, maka UN akan menghadang jalan kita. Cita-cita egois yang aku, Valen, Gembel, Ambon Riko, Ambon eek, girgir, dan Ragil adalah seluruh siswa JB angkatan 2010 yang ikut UN lulus 100%

Murni sejati jiwaku, jujur semangat hatiku
Biar saja banyak orang yang mengatakan bahwa sekolah ini kalah karena ada sekolah lain yang tidak jujur dalam UN. Harusnya kita bangga dengan itu. Aku harap kejujuran ini tetap ada dalam setiap pribadi kita. Bukan nilai yang jadi tujuan utama kita, tapi bukan berarti nilai juga tidak penting.

Tapi apakah kita mau dikalahkan dengan sebuah ketidakjujuran? Aku pribadi tidak mau. Kita pasti akan lebih bangga, jauh lebih bangga kalau kita bisa berhasil menghadapi UN dengan hasil yang lebih baik daripada sekolah lain dengan jujur. Karena alasan itulah kita ada di sini, ada di sekolah ini untuk menjadi seseorang yang jujur dan berkompetensi juga memiliki jiwa yang murni.

Itulah rencana hidupku, itulah tujuan niatku
Bagian ini mengatakan bahwa kita semua punya masa depan. Dan di masa depan itu kita punya tujuan dan cita-cita yang harus kita perjuangkan. “Satu awal, satu tujuan”, frasa yang menjadi slogan kelas XI IPS 3 tahun ajaran 2008-2009 punya arti yang dalam. Maksudnya adalah kita semua seperti bayi yang dikandung dalam rahim dan akhirnya akan dilahirkan. Kita bersekolah di JB seperti dalam sebuah rahim ibu yang hangat. Kita dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang lebih keras. Ketika lulus kita akan berhadapan pada dunia yang sebenarnya. Dunia yang penuh persaingan.

Kalau kita tidak siap menghadapinya dan tidak menggunakan kesempatan di sekolah ini dengan baik, maka kita bisa-bisa dipermainkan oleh kehidupan. Jangan sampai kita kecewa hanya karena tidak bisa melewati UN ini. Kesalahan kecil di masa seperti ini bisa membawa dampak yang fatal bagi rencana hidup dan tujuan niat kita.


Bagi Tuhan dan Bangsaku
Baris ini adalah bagian yang paling dalam sebenarnya menurutku. Bagian akhir dari bait pertama yang menjadi awal kita semua menyanyikan Mars De Britto. Bagian yang terpenting karena sangat dalam artinya. Sudah saya jelaskan bahwa ketika kita keluar dari JB, artinya kita baru akan memulai hidup yang sesungguhnya. Kita sedang berada di sebuah akhir menuju awal baru. Menurut saya pribadi, kita sekolah selama ini memang untuk Tuhan dan juga bangsa. Tidak akan terlalu berarti jika hidup kita ini hanya untuk kesenangan pribadi kita sendiri. Kita hidup di negara yang masih terus berusaha untuk berdiri tegak. Kemampuan yang kita punya akan lebih bermakna jika diaplikasikan untuk negara ini. Saya ingin mengutip apa yang disampaikan kakak saya dalam diskusi di dunia maya beberapa waktu yang lalu

“mas-mas...masalah iki jane wis jelas banget mbok nyanyekke... BAGI TUHAN DAN BANGSAKU...wis titik...rasah mikir sing liya2...pokoke kowe ki do sinau o sing bener...nek pancen sistem pendidikane ki menggunakan UAN sebagai salah satu parameter kalian dianggap "sudah berhasil lolos lubang jarum" ya sudah jalani saja...anggap itu sebagai salah satu JALAN untuk bisa berkarya bagi Tuhan dan Bangsamu...nek nggo lolos dari salah satu lubang jarum terdekat dengan masa depanmu we ora iso, piye do le arep berkarya bagi Tuhan dan Bangsamu? piye le do arep meloloskan diri dari lubang jarum-lubang jarum yang lebih berat lagi di depannya...UAN itu nggak cuma ujian untuk meluluskanmu dari masa pendidikan dasar, tapi juga ujian mengalahkan diri sendiri...sekian terima kasih”

Yang jelas, intinya saat ini saya ingin mengajak teman-teman semua untuk bersemangat menyambut masa depan terdekat kita ini. UN bukan hanya sekedar untuk kelulusan saja. Bukan hanya untuk sekedar peringkat nasional sekolah ini. Tapi lebih untuk membuktikan bahwa kita tidak hanya “sekedar” menyanyikan Mars De Britto. Buat diri kita sendiri lebih bangga menyanyikan lagu itu di hari kelulusan nanti.

3 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar