Selasa, 06 Juli 2010

Bisa kan?

Aku tulis note ini waktu masih di Wannsee, Berlin. Tapi baru sempet ngetik sekarang.
Banyak hal yang aku dapat di sini. Berlin, Jerman. Bukan Cuma sekedar pelajaran berbahasa Jerman, yang mana memang menjadi tujuan ke sini. Tapi lebih dari itu, aku dapat hal yang lebih berharga lagi dari sekedar pengetahuan. Pertama adalah teman. Tiga minggu tinggal di tempat yang sama, dengan latar belakang budaya yang sama sekali berbeda malah yang menjadikan kami sangat dekat. Asia dengan budaya timur yang sangat kuat. Amerika Latin yang bersahabat, Brazil yang shopaholic, New Zealand dan Australia yang cerdas, dan tentu dengan pembimbing dari Jerman yang ngemong. Perbedaan itu yang malahan membuat kami bisa menyatu.

Nhah, perbedaan budaya ini yang cukup berkesan buatku sampai saat ini. Mulai dari kebiasaan menyapa. Selain dari Asia, orang-orang sangat biasa dengan peluk dan cium. Tapi bukan itu yang jadi ketertarikan utamaku terhadap kehidupanku selama di sini. Ada satu sikap orang Jerman yang patut dicontoh oleh orang Indonesia. sikap jujur yang besar.

Ada satu kejadian yang menurutku sangat hebat. Di hari minggu tanggal 17 Januari 2010, aku dan teman-teman Indonesia yang Katholik pergi bersama ke gereja. Gereja kecil yang cukup megah. Organ pipa tua yang mengiringi kidung pujian. Manteb lah, kayak di film-film gitu. Setelah Misa, ada kejadian yang membuat geger anak-anak Indonesia karena kamera pocket yang dibawa oleh seorang teman (Michella) hilang entah di mana. Dua hari mencari di jalan, berusaha kembali ke gereja tapi tutup dan usaha yang lain untuk mencari. Setelah sampai akhirnya si pemiliknya pun sudah pasrah dan mengambil keputusan bahwa “kameranya hilang”, pembimbing kami (betreuer) memanggil si pemilik kamera dan memberi tahu bahwa ada selebaran yang isinya tentang penemuan kamera. Kemudian si penemu kamera itu mencantumkan nomor teleponnya yang bisa dihubungi. Ternyata benar bahwa kamera itu adalah kamera temanku ini. Si penemu itu mengembalikan kamera yang ditemukannya di jalan itu tanpa kekurangan apapun, dan tanpa imbalan apapun. Hal yang belum pernah kutemui selama aku hidup 17 tahun jalan 18 tahun di Indonesia. tapi dalam waktu 3 minggu aku bisa mengalaminya di Jerman. (terima kasih buat Michella yang kameranya sempat hilang jadi saya bisa dapat pengalaman ini)
Lagi tentang kejujuran. Banyak toko yang memajang barang dagangannya di luar ruangan. Di pinggir trotoar tanpa penjagaan sama sekali. Contohnya yang aku lihat kemarin adalah sikat gigi, dan bahkan tidak ada sama sekali orang yang mengambil sikat gigi itu tanpa membayar. Sikap hebat yang sangat patut dicontoh.

Satu lagi untuk dicontoh oleh Indonesia yang punya situs budaya yang sangat banyak. Museum di Jerman sama sekali tidak ada coret-coretan. Semua museum, museum tentang apapun (komunikasi, bekas kamp konsentrasi Nazi, dll) yang pernah aku masuki semuanya di rawat dan penjagaan yang ada pun sangat ketat.

Mungkin hal ini yang jadi salah satu alasan kenapa Jerman bisa jadi negara maju. Kejujuran. Semua orang bisa mengatur dirinya sendiri. Karena orang sadar untuk bersikap benar dan tidak merugikan orang lain. Tapi mungkin juga itu yang dilihat sebagai orang Jerman yang individualis. Tapi kalau kita bisa berpandangan seperti itu, seharusnya kita bisa jadi orang yang bisa mengatur diri sendiri yang tidak individualis kan?

21. Januar 2010
Atrium zi. 16
Wannsee, Berlin, Deutshcland

Tidak ada komentar:

Posting Komentar