Rabu, 11 Agustus 2010

Apakah Pantas?

Museum peninggalan sejarah tertua di Jogja, Museum Sonobudoyo kecurian. Hey, apa yang ada di pikiran si pencuri itu? Meniru film-film tentang pecurian seperti Ocean Eleven? Italian Job? Atau Bank Job mungkin?

Memang tidak pasti, tapi kemungkinan besar si pencuri melakukan hal brilian tapi idiot ini adalah uang. Ya, sekarang ini dengan uang nyaris segalanya bisa dilakukan, nyaris segalanya dapat diperoleh. Peninggalan sejarah yang diambil adalah peninggalan jenis perhiasan, emas, bahkan arca. Bernilai berapa jika benar berhasil terjual? Aku membayangkan apa yang akan terjadi dengan si pencuri itu. Seperti bajak laut yang menemukan harta karunnya, atau seperti Nicholas Cage yang berhasil mendapatkan “National Treasure”. Berlebihan mungkin, tapi kekayaan jelas di depan mata.

Hal yang membuatku lebih bingung lagi adalah perkiraan bahwa yang melakukan tindak pencurian ini merupakan orang dalam. Orang yang mengetahui seluk beluk museum dan tahu persis nilai barang curiannya.

Bukankah sebagai seorang yang bekerja di museum ia mendapat kepercayaan besar untuk menjaga barang-barang peninggalan tersebut. Tapi kepercayaan itu ternyata dikhianati. Tapi pengkhianatan atas kepercayaan seperti ini seperti sudah menjadi hal yang lumrah. Mulai dari lingkup terkecil dalam masyarakat, keluarga, sampai tingkat pemerintahan.

Aku meminjam kata-kata dari Raphael Wregas “ternyata ya memang kebanggan terhadap budaya dikalahkan oleh keserakahan uang.” Penghargaan orang-orang terhadap budaya dan peninggalan sejarah di Indonesia masih lemah. Lalu apa gunanya kita orang Indonesia selalu membanggakan bahwa tanah air kita ini adalah negri yang kaya akan budaya? Apakah pantas jika kebanggan itu hanya di mulut saja? Tidak pernah bosan saya mengatakan kepada pemuda dan pemudi bahwa kita adalah generasi pembaharu, bukan generasi penerus. Jadikan kebanggaan terhadap negri ini tidak lagi semu.
12 Agustus 2010