Selasa, 06 Juli 2010
Tinggalkan (Sejenak) Facebook-mu
Buka Facebook sudah biasa..nonton Miyabi takut dosa.. Tapi bagaimana dengan budaya??
Pasar Malem ning JB adalah sebuah pagelaran yang akan diselenggarakan dengan adanya kerja keras seluruh warga SMA Kolese De Britto. Kami punya idealisme yang cukup besar dalam acara kali ini. Bukan tanpa alasan kami memilih setiap detil dari acara ini. Tidak sembarangan kami memilih setiap pernik yang dimunculkan dalam pentas ini.
Setidaknya ada tiga dasar yang menjadi pemikiran kami dalam persiapan acara ini. Pertama adalah mengenai teknologi yang saat ini memberikan ekses merenggut kebebasan kaum muda. Kedua adalah keinginan kami untuk mempersembahkan suatu yang tidak hanya menghibur namun juga memberi edukasi bagi orang yang datang. Ketiga adalah keinginan kami untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia, di saat budaya barat masuk dengan gencarnya.
Hiburan zaman sekarang yang memberikan manusia kenyamanan secara pasif menikmati hiburan hanya sebatas mata dan kepuasan batin sesaat. Hiburan yang disajikan oleh kemajuan teknologi. Saat ini kita terkungkung dalam hiburan yang sifatnya pasif. Hiburan yang meminimalisasi kontak langsung antar individu. berbincang lewat chat box, menemukan dunia sendiri dalam game online, teradiksi oleh jejaring sosial yang semakin merajalela misalnya. Kami melihat ini sebagai suatu yang mengerangkeng kebebasan manusia khususnya kaum muda.
Menilik pemikiran dari Heidegger, filsuf asal Jerman ini berpendapat bahwa manusia zaman sekarang ditempatkan, di-set atau dikuasai oleh teknik (Lih. Setyadi, F. Wawan, “Menjadi Manusia Bebas”. Kanisius : Yogyakarta. 2009. Hal 28.). Padahal awalnya teknologi diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia. Kenyataannya saat ini manusia seakan menjadi terkuasai oleh teknologi yang diciptakannya itu. “Manusia itu menciptakan hal-hal yang membuat dirinya sendiri teradiksi” (Bagaskoro, K Aryo. 2009), kata-kata ini sangat cocok menurut kami dalam menggambarkan kehidupan manusia saat ini.
Kemudian mari dikaitkan dengan survey dari Yahoo dan TNS tentang penggunaan internet bahwa pengguna internet terbanyak adalah remaja berusia 15-19 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang anak muda zaman sekarang ini menjadi pribadi yang kurang bebas. Karena apa? Karena kemudian teknologi menarik, mengatur dan memengaruhi keinginan manusia, yang menjadikan manusia tidak bebas.
Tapi bukannya kami antipati dengan teknologi. Kami hanya menunjukkan pemikiran kami tentang teknologi itu. Karena bahkan kami memanfaatkan teknologi untuk publikasi. Kami ingin mengajak teman-teman bahwa teknologi akan dapat dimanfaatkan, bukannya kita yang “termanfaatkan” olehnya. Bahwa sebagai manusia yang utuh, kita sudah seharusnya beristirahat sejenak dari Facebook dan teknologi lainnya itu. Tidak terus menerus terkungkung dalam dunia teknologi, dan mulai mencoba untuk menikmati hal-hal di luar itu. Bahwa dengan suatu pagelaran yang bertema religius pun, kita semua dapat merasakan kegembiraan.
Di tengah keterkepungan masyarakat, anak muda khususnya, di dalam kemajuan teknologi seperti facebook, play station, dll ini, kami ingin mengenalkan sedikit peninggalan kebudayaan asli Indonesia. Budaya pasar malam yang sudah ada bahkan sejak sebelum kedatangan VOC ke Indonesia.
Pasar malam adalah sebuah acara tradisional yang biasa diselenggarakan oleh umat Muslim pada malam ke-21 setelah puasa pertama di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk memperingati turunnya wahyu Tuhan bagi Nabi Muhammad SAW. Jadi sebenarnya, pasar malam itu tidak identik dengan kemeriahan. Malahan seharusnya yang dilakuakan pada saat pasar malam yang asli adalah berdoa, sembahyang untuk bersyukur. Pasar malam mulai kehilangan esensinya setelah VOC datang. Budaya barat yang dibawanya itu menghilangkan suasana syukur dalam acara itu.
Dengan alasan bahwa budaya itu lentur, bisa berubah sesuai dengan kemajuan zaman yang ada, maka kami ingin menghadirkan “Pasar Malem” ning JB. Dengan cara yang sesuai dengan zaman yang modern ini, tapi tidak mengurangi esensi dari pasar malam yang asli untuk bersyukur dan menikmati anugerah Tuhan. Maka kami memilih musik-musik lembut bukan tanpa alasan. Alasannya adalah untuk membangun suasana. Bukan suasana berpesta, tapi suasana yang mebuat orang santai dan bisa menikmati acara. Bukan tempat hiburan, bukan tempat berpesta, tapi tempat bergembira.
Yang jelas tidak hanya kegembiraan yang bisa teman-teman semua dapatkan dalam acara ini. Kita bisa belajar sedikit tentang sejarah. Maka dari itu, Malam minggu ini kami seluruh Putra De Britto mengimbau pada kaum muda di Jogjakarta dan sekitarnya untuk meninggalkan sejenak facebook-mu, dan beranjaklah dari komputermu untuk menikmati sajian budaya dari kami di JALAN LAKSDA ADISUCIPTO 161. SABTU 14 NOVEMBER 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar