Jumat, 18 Juli 2014

Catatan Pengingat


Baru saja saya menyelesaikan kewajiban mengerjakan tugas akhir saya di Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada. Proses panjang dalam menyelesaikan tulisan ini. Sekadar ingin berbagi apa yang saya kerjakan :


CATATAN PENGINGAT

            Skripsi ini selesai dan diujikan tepat di masa panas kampanye pemilihan presiden 2014 di Indonesia. Masa kampanye pilpres paling panas yang pernah saya alami. Sebelumnya saya sudah pernah mengalami satu periode masa pilpres sebelumnya, dan menurut saya tidak sepanas tahun ini.
Ketika catatan pengingat ini ditulis ada satu isu dimunculkan sebagai sebuah kampanye hitam yang menyatakan bahwa salah satu capres adalah keturunan Partai Komunis Indonesia. Puncaknya adalah salah satu stasiun TV Swasta memberitakan bahwa Parta Demokrasi Indonesia Perjuangan mempunyai hubungan dengan Partai Komunis Indonesia, yang ditanggapi dengan kemarahan dari pendukung PDI-Perjuangan.
Saya membayangkan jika saja propaganda penguasa mengenai apa yang dituduhkannya pada PKI - mulai tahun 1965 sampai dengan 30 tahun Orde Baru berdiri - tidak berhasil maka isu semacam ini tidak akan pernah muncul dalam kontestasi politik Indonesia setelahnya. Seharusnya tidak perlu ada pihak yang merasa perlu menuduh pihak lawannya sebagai PKI untuk mendapatkan simpati, pun tidak perlu ada kemarahan berlebih ketika satu pihak dituduh sebagai PKI.
Sebenarnya hal inilah yang jadi salah satu kunci dan inti dari skripsi ini. Bercerita mengenai sejarah, khususnya semua yang berkaitan dengan tragedi 1965, dari berbagai sudut pandang menjadi kebutuhan mendesak. Rekonsiliasi ingatan mengenai sejarah 1965 menjadi hal yang harus diperjuangkan dalam republik ini. Satu tujuannya, untuk mencegah kemarahan-kemarahan rakyat Indonesia terhadap hal-hal yang berbau PKI dan komunisme menjadi diminimalisasi, jika mungkin bahkan ditiadakan.
Sejarah tidak bisa lepas dari kepentingan penulisnya. Fakta bisa sangat bergantung pada dimensi ruang dan waktu masing-masing yang mengalaminya. Akibatnya, kebenaran kemudian menjadi sangat subjektif karena masing-masing orang boleh percaya pada kebenarannya masing-masing. Akan tetapi yang menjadi penting adalah penerimaan terhadap segala fakta yang ada.
Ekses propaganda Orde Baru yang masih bertahan hingga saat ini menurut saya sudah mulai harus dihilangkan sedikit demi sedikit. Bukan berarti bangsa ini diarahkan untuk melupakan masa lalu. Memaafkan adalah arah yang ingin diusahakan. Forgive but never forget.
Selama kemarahan-kemarahan yang berkaitan dengan sejarah 1965 terus muncul dan mematahkan sendi kebangsaan Indonesia, selama itu pula perjuangan saya dalam penulisan skripsi ini belum saatnya berhenti. 
Suryo Hapsoro
Gondomanan, 9 Juli 2014

Abstraksinya ada di sini : http://diefolgerung.blogspot.com/2014/07/menolak-lupa-terus-bercerita.html  
Kalau ada yang berminat membaca versi lengkapnya, langsung kontak saya ya? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar