Baru saja saya menyelesaikan kewajiban mengerjakan tugas akhir saya di Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada. Proses panjang dalam menyelesaikan tulisan ini. Sekadar ingin berbagi apa yang saya kerjakan :
CATATAN PENGINGAT
Skripsi
ini selesai dan diujikan tepat di masa panas kampanye pemilihan presiden 2014
di Indonesia. Masa kampanye pilpres paling panas yang pernah saya alami.
Sebelumnya saya sudah pernah mengalami satu periode masa pilpres sebelumnya,
dan menurut saya tidak sepanas tahun ini.
Ketika catatan pengingat ini ditulis
ada satu isu dimunculkan sebagai sebuah kampanye hitam yang menyatakan bahwa
salah satu capres adalah keturunan Partai Komunis Indonesia. Puncaknya adalah
salah satu stasiun TV Swasta memberitakan bahwa Parta Demokrasi Indonesia
Perjuangan mempunyai hubungan dengan Partai Komunis Indonesia, yang ditanggapi
dengan kemarahan dari pendukung PDI-Perjuangan.
Saya membayangkan jika saja
propaganda penguasa mengenai apa yang dituduhkannya pada PKI - mulai tahun 1965
sampai dengan 30 tahun Orde Baru berdiri - tidak berhasil maka isu semacam ini
tidak akan pernah muncul dalam kontestasi politik Indonesia setelahnya.
Seharusnya tidak perlu ada pihak yang merasa perlu menuduh pihak lawannya
sebagai PKI untuk mendapatkan simpati, pun tidak perlu ada kemarahan berlebih
ketika satu pihak dituduh sebagai PKI.
Sebenarnya hal inilah yang jadi
salah satu kunci dan inti dari skripsi ini. Bercerita mengenai sejarah,
khususnya semua yang berkaitan dengan tragedi 1965, dari berbagai sudut pandang
menjadi kebutuhan mendesak. Rekonsiliasi ingatan mengenai sejarah 1965 menjadi
hal yang harus diperjuangkan dalam republik ini. Satu tujuannya, untuk mencegah
kemarahan-kemarahan rakyat Indonesia terhadap hal-hal yang berbau PKI dan
komunisme menjadi diminimalisasi, jika mungkin bahkan ditiadakan.
Sejarah tidak bisa lepas dari
kepentingan penulisnya. Fakta bisa sangat bergantung pada dimensi ruang dan
waktu masing-masing yang mengalaminya. Akibatnya, kebenaran kemudian menjadi
sangat subjektif karena masing-masing orang boleh percaya pada kebenarannya
masing-masing. Akan tetapi yang menjadi penting adalah penerimaan terhadap
segala fakta yang ada.
Ekses propaganda Orde Baru yang
masih bertahan hingga saat ini menurut saya sudah mulai harus dihilangkan
sedikit demi sedikit. Bukan berarti bangsa ini diarahkan untuk melupakan masa
lalu. Memaafkan adalah arah yang ingin diusahakan. Forgive but never forget.
Selama kemarahan-kemarahan yang
berkaitan dengan sejarah 1965 terus muncul dan mematahkan sendi kebangsaan
Indonesia, selama itu pula perjuangan saya dalam penulisan skripsi ini belum
saatnya berhenti.
Suryo
Hapsoro
Gondomanan,
9 Juli 2014
Abstraksinya ada di sini : http://diefolgerung.blogspot.com/2014/07/menolak-lupa-terus-bercerita.html
Kalau ada yang berminat membaca versi lengkapnya, langsung kontak saya ya? :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar