Sabtu, 30 Juni 2012

Detaknya Masih Bedegup Dalam Denyutku

Rindu itu artinya menunggu yang tak kembali. Hari ini berati menjelang enam tahun saat Bapak mulai dirindu. Dirindu olehku, ibu, kedua kakakku, dirindu semua. Waktu terus berlalu dan sampai sekarang aku merasa dia tetap hidup. Tidak pernah dia akan mati. Karena semangatnya. Semangatnya hidup kekal dalam rindu semua muridnya. Hidupnya kekal di surga setiap benak sahabatnya. Dan memorinya selalu tertanam dalam hati keluarganya.

Semakin kemari, semakin aku berpikir kalau memang tidak ada lagi yang mungkin dilakukan untuk membuat raganya hidup lagi. Orang harus mengakui kalau mau tidak mau nafasnya di dunia ini akan terhenti. Untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain di sampingnya, semuanya sama. Pada akhirnya jadi debu. Tidak ada lagi yang mungkin dilakukan untuk membuat raganya hidup lagi, tapi selalu tersedia berjuta kemungkinan untuk membuat karyanya kekal dikenang.

Bagiku setiap hari dia selalu bisa memberi inspirasi. Untuk setiap karyaku, langkahku, bahkan sekadar lamunku. Rasanya menyenangkan bisa seperti itu. Punya sumber inspirasi yang tak pernah mati, bahkan dalam waktu enam tahun tak bertemu.

Beberapa hari belakangan, jantungku lebih terasa berdetak keras, ada banyak rasa bercampur yang tidak terjelaskan. Mungkin sombongku tidak pernah mau mengaku rindu, tapi ya mungkin ini rindu. Kemudian tadi pagi kakak laki-lakiku mengatakan, "probably because he lives in you" untuk menjawab pertanyaanku kenapa Bapak tidak masuk di mimpiku sedangkan ia masuk di mimpi beberapa yang lainnya. Jawaban itu semacam sekaligus menjawab mengapa jantungku lebih keras berdetak. Karena detak jantungnya masih bedegup juga dalam setiap denyutku.



We miss you, Pak. Always.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar