Rindu itu artinya menunggu yang tak kembali. Hari ini berati menjelang enam tahun saat Bapak mulai dirindu. Dirindu olehku, ibu, kedua kakakku, dirindu semua. Waktu terus berlalu dan sampai sekarang aku merasa dia tetap hidup. Tidak pernah dia akan mati. Karena semangatnya. Semangatnya hidup kekal dalam rindu semua muridnya. Hidupnya kekal di surga setiap benak sahabatnya. Dan memorinya selalu tertanam dalam hati keluarganya.
Semakin kemari, semakin aku berpikir kalau memang tidak ada lagi yang mungkin dilakukan untuk membuat raganya hidup lagi. Orang harus mengakui kalau mau tidak mau nafasnya di dunia ini akan terhenti. Untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain di sampingnya, semuanya sama. Pada akhirnya jadi debu. Tidak ada lagi yang mungkin dilakukan untuk membuat raganya hidup lagi, tapi selalu tersedia berjuta kemungkinan untuk membuat karyanya kekal dikenang.
Bagiku setiap hari dia selalu bisa memberi inspirasi. Untuk setiap karyaku, langkahku, bahkan sekadar lamunku. Rasanya menyenangkan bisa seperti itu. Punya sumber inspirasi yang tak pernah mati, bahkan dalam waktu enam tahun tak bertemu.
Beberapa hari belakangan, jantungku lebih terasa berdetak keras, ada banyak rasa bercampur yang tidak terjelaskan. Mungkin sombongku tidak pernah mau mengaku rindu, tapi ya mungkin ini rindu. Kemudian tadi pagi kakak laki-lakiku mengatakan, "probably because he lives in you" untuk menjawab pertanyaanku kenapa Bapak tidak masuk di mimpiku sedangkan ia masuk di mimpi beberapa yang lainnya. Jawaban itu semacam sekaligus menjawab mengapa jantungku lebih keras berdetak. Karena detak jantungnya masih bedegup juga dalam setiap denyutku.
We miss you, Pak. Always.
Sabtu, 30 Juni 2012
Rabu, 20 Juni 2012
Rasanya Masih Sama
Printed Artwork by Iwan Effendi. |
Mungkin lebih dari lima kali saya menyaksikan pertunjukan ini, dan sudah puluhan kali melihat proses latihannya. Mulai dari Tupu, Moyo, Baba, Haki, dan Lacuna belum “lahir” sampai mereka tumbuh dan berubah penampilannya. Mulai dari Tupu yang dilihat sebagai anak perempuan, sampai Tupu yang sudah bisa pipis berdiri. Mulai dari suara asli kotak musik Lacuna dipakai untuk latihan pertama kali sampai menjadi lagu yang selalu terngiang di setiap pentas dengan diiringi dengan tarikan nafas sesenggukan penontonnya.
Masih selalu sama rasanya melihat adegan-adegan itu. Iba luar biasa. Rasanya ingin sekali melihat Tupu tertawa lebih banyak, rasanya ingin sekali membantu Moyo mencari Babanya, dan masih saja selalu kecewa karena tidak bisa mengingatkan Lacuna supaya tidak bermain-main dengan peluit milik Tupu itu.
Mwathirika memang seperti benar-benar nyata, benar-benar ada dunia lain yang penghuninya adalah keluarga Baba, dan Haki yang bertetangga, anjing lincah yang taringnya sangat besar, badut yang tampak ramah tapi menyimpan kepentingan politis yang besar. Semuanya benar nyata telah dihidupkan di mana pun mereka dipentaskan.
Rasanya tidak bisa mengatakan, “padahal mereka hanya boneka.” Ya, mereka memang boneka, tapi tidak menjadi sekadar “hanya”. Rasa kagum masih selalu ada ketika semua pemainnya berhasil menghembuskan nafasnya untuk menghidupkan gerak para boneka. Tidak heran kalau US Department dan Center Stage memilih Papermoon dengan Mwathirika-nya untuk dipentaskan di Amerika Serikat. Mereka tidak akan pernah menyesal jika harus menghabiskan banyak dana untuk mendatangkan Geng Papermoon ini.
Pentas di Bandung kali ini membuat saya menjadi semakin tidak bisa bicara terlalu banyak. Dengan material baru dan kematangan karakter yang semakin baik tidak ada rasa bosan dalam diri saya sampai sekarang saya selalu menjadi penonton dalam pentas ini. Dan ketika rasa yang sama masih selalu timbul ketika melihat tontonan yang selalu sama itu adalah luar biasa.
Perjalanan menghidupkan dunia Mwathirika ke benua seberang semakin dekat, masih banyak yang direncanakan sebelum benar berangkat ke sana. Semoga rasa yang muncul masih akan selalu sama dirasakan oleh semuanya. Semoga juga pesan yang ingin disampaikan Tupu, Moyo, Baba, Haki, dan Lacuna lewat kisah hidup mereka diterima dengan baik juga oleh semuanya. Terimakasih Mwathirika!
Langganan:
Postingan (Atom)