Senin, 13 September 2010

Bukan "Aku Raja"

Malam ini saya tertarik dengan petikan dari Kitab Arthasastra yang saya baca dalam novel “Nagabumi”nya Seno Gumira Ajidarma. Arthasastra adalah sebuah kitab India kuno yang ditulis oleh Kautilya. Isinya adalah tentang peraturan-peraturan tentang apapun. Mulai dari ekonomi, militer, hidup sehari-hari dll. Pada masa pembuatan Candi Borobudur dan sekitar itu, kitab Arthasastra dipakai sebagai norma tertulis yang dipatuhi orang-orang.

Saya tidak akan terlalu banyak membahas Arthasastra-nya, tapi saya akan berbagi kutipan yang membuat saya terkesima. Tak habis pikir bahwa norma yang bahkan ditulis pada masa yang sangat lalu masih bisa relevan dengan hidup sekarang ini. Kalau saya selalu bilang “menjadi generasi pembaharu” mungkin saya juga harus belajar meneruskan apa yang sudah tertuliskan dulu tapi belum dapat terealisasi saat ini. Ini adalah kutipan Arthasastra perihal raja.

bagi seorang raja
sumpah sucinya adalah kesediaan bekerja
pengorbanan dalam urusan pemerintahan
adalah pengorbanan sucinya
imbalan dari pengorbanannya
adalah sikap yang adil
dan upacara pendewasaan dalam pengorbanan
baginya adalah penasbihannya
kebahagiaan rakyatnya
adalah letak kebahagiaan raja
apa yang berguna bagi rakyatnya
adalah berguna bagi dirinya sendiri
apa yang berharga bagi dirinya sendiri
belum tentu bagi negara
apa yang berharga bagi rakyatnya
adalah berguna bagi dirinya
maka hendaklah raja giat memajukan kesejahteraan
akar kesejahteraan adalah bekerja
sedangkan malapetaka adalah kebalikannya

Apa yang teman-teman pikirkan sama dengan yang saya pikirkan? Mungkin iya, mungkin tidak. Tulisan ini tidak ditujukan untuk pemerintah sekarang, tapi akan jauh lebih baik untuk dimaknai oleh kaum muda ini. Menjadi lebih baik kalau memang ada orang-orang ‘atas’ yang mau sadar karena tulisan ini. Terlepas dari baik buruknya kinerja pemerintah, menurut saya akan lebih berguna jika nilai-nilai dalam kitab Arthasastra ini dipelajari dan menjadi bahan pemikiran kita. Karena akan ada saatnya di mana kita yang akan duduk di kursi pemerintahan itu.

Yah intinya adalah menjadi raja sangatlah sulit. Menjadi raja tidak hanya sekedar ‘aku raja’ tapi lebih dari itu, seharusnya lebih melihat kepada ‘mereka rakyat’. Apalagi berusaha lepas dari mencari hal berharga bagi diri sendiri. Memang dari dulu sampai sekarang, mulai dari Kautilya sampai Marx, sudah sadar bahwa uang bisa menjadi sumber masalah.

Maka akan saya tutup tulisan ini dengan pertanyaan. Apa yang dapat kita lakukan saat ini untuk esok?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar